Selasa, 12 Juni 2012

KAJIAN KOHESI WACANA BAHASA BALI


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Dalam pandangan linguistik, bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer dan bermakna serta berfungsi sebagai sarana komunikasi. Sebagai sistem
readmore »»  

NICE MOMENT !!!!

PIALA KEBANGGANKU................
DENGAN LATIHAN YANG RUTIN DAN SEMANGAT YANG MEMBARA.....
NISCAYA MENGHASILKAN HASIL YANG MAKSIMAL.......
readmore »»  

Selasa, 05 Juni 2012

Analisis Geguritan I Belog


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Bahasa Bali Baru adalah bahasa yang hidup, digunakan oleh masyarakat Bali umumnya, dan beberapa pendukungnya yang berada di luar Bali. Dalam kehidupannya ini Bahasa Bali Baru tidak saja digunakan dalam salah satu aspek kehidupan, tetapi hampir digunakan dalam berbagai aspek kehidupan.
Peran yang dimainkan oleh Bahsa Bali Baru tidak saja dalam dalam bentuk lisan, tetapi juga dalam bentuk tulisan, misalnya : puisi, geguritan, buku, dan lain – lain.
Namun pada zaman globalisasi seperti sekarang ini Geguritan sudah hampir dilupakan oleh masyarakat. Padahal di dalam Geguritan tersebut selain termasuk budaya yang harus dilestarikan tetapi juga di dalam Geguritan tersebut sangat banyak sekali terkandung nilai – nilai yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat di zaman globalisasi ini.seperti pada Geguritan I Belog. Di dalam Geguritan tersebut terdapat beberapa nilai yang bisa dijadikan pedoman atau acuan di dalam kehidupan bermasyarakat ini.
Dengan demikian berdasarkan alasan permasalahan diatas, maka dipandang perlu diangkat menjadi sebuah topik suatu makalah dengan judul  ”Nilai – Nilai Yang Terkandung Di Dalam Geguritan I Belog.”

1.2. Rumusa Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka rumusan masalahnya sebagai berikut :
1.      Apakah pengertian dari Geguritan?
2.      Apakah unsur – unsur yang terkandung di dalam Geguritan I Belog?
3.      Apakah pupuh yang digunakan didalam Geguritan I Belog?
4.      Nilai – nilai apa sajakah yang terkandung didalam Geguritan I Belog?

1.3. Tujuan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian dari geguritan
2.      Untuk mengetahui unsur – unsur yang terkandung di dalam Geguritan I Belog
3.      Untuk mengetahui pupuh yang digunakan di dalam Geguritan I Belog
4.      Untuk mengetahui nilai – nilai yang terkandung didalam Geguritan I Belog

1.4. Manfaat
Adapun beberapa manfaat dari makalah ini adalah :
1.      Dapat mengetahui nilai – nilai yang terkandung di dalam Geguritan I Belog sehingga penulis dapat merealisasikan nilai – nilai tersebut di dalam kehidupan bermasyarakat.
2.      Dapat melestarikan kebudayaan Daerah Bali yang sekarang ini mulai ditinggalkan.
3.      Dapat mengetahui bahasa yang digunakan di dalam Geguritan I Belog.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Geguritan
Geguritan adalah karangan roman novel dalam bentuk puisi yang diikat oleh tembang pupuh ( sekar alit ). Sekar alit inin diantaranya meliputi : mijil, pucung, ginanti, ginada, maskumambang, sinom, pangkur, semarandana, durma, dandang gula, adri. Mengenai naskah – naskah yang menggunakan itu diantaranya : Geguritan Jayaprana, Geguritan Sampik, Geguritan Basur, Geguritan Magantaka, Geguritan I Belog, dan banyak lagi yang lainnya.
Didalam sebuah Geguritan terdapat banyak nilai yang bisa dijadikan pedoman didalam kehidupan ini. Seperti halnya pada Geguritan I Belog,didalam Geguritan tersebut bnyak terdapat nilai maupun pesan – pesan yang dimuat dalam sebuah puisi berbentuk pupuh yang bisa dijadikan panduan.
2.2.   Unsur – unsur yang terkandung di dalam Geguritan I Belog
Di dalam sebuah Geguritan terdapat beberapa unsur. Seperti siapa pengarang dari geguritan tersebut, pupuh apa saja yang digunakan dalam geguritan tersebut, dan bahasa yang digunakan dalam geguritan tersebut..
Tokoh – tokoh yang berperan dalam geguritan ini adalah I Belog, Jro Rangda Nyoman, Pan Mandel, dan Men Mandel. Karakter dari I Belog ialah penipu atau suka berbohong, licik, curang dan suka bersumpah untuk meyakinkan pembicaraannya, Jro Rangda Nyoman berkarakter mudah dibohongi, bodoh, polos, Pan Mandel jahat, ikut mendukung perbuatan jelek anaknya, dan Men Mandel berkarakter sangat peduli pada keluarga dan berusaha keras agar keluarganya dapat bertahan hidup.
Bahasa yang digunakan di dalam geguritan ini adalah bahasa bali kepara. Bahasa bali kepara ini biasa disebut juga dengan bahasa bali baru. Meskipun merupakan bahasa bali baru, ada juga beberapa kata yang masih sulit dimengerti oleh orang awam, seperti : kata babungengan, majinjin,kola kado dan lain sebagainya. Di dalam geguritan ini juga menggunakan bahasa kasar karena pupuh ini menceritakan tentang kemarahan seperti : kata pedemange, siga, mapata dan lain sebagainya.
Geguritan I Belog tidak diketahui siapa pengarangnya. Di dalam buku yang penulis pakai panduan hanya tertera “ Buku aksara bali druwe Geria Anyar,kaba – kaba, Kediri, Tabanan. Katurunin antuk : I Gst. Ngr. Gde. Tanggal : 22 Februari 1980 “. Yang berarti buku ini hanya salinan lontar yang disalin oleh I Gst Ngr Gede. Di dalam geguritan ini, hanya terdapat satu buah pupuh saja, yaitu pupuh Durma dengan 165 bait tembang. Pupuh Durma ini memiliki aturan dalam penulisan baitnya. Dalam satu bait itu atau yang biasa disebut apada itu terdiri dari 7 baris dengan aturan baris 1 sampai ke 7 yaitu, 12a, 8i, 6a, 8a, 8i, 5a, dan 7i. Pupuh Durma ini mengisahkan atau pupuh yang isinya tentang perasaan marah, kesal dan ada pesan – pesan atau nasehat yang terkandung di dalamnya.
Pada geguritan ini, terdapat beberapa tempang yang dipaksakan supaya bisa nyambung atau terkait dengan jalan cerita, maskipun tidak sesuai dengan aturan yang ada, seperti :
I.                   Pada bait 94 baris ke 6 yang seharusnya 5a menjadi 4a “ Sabuk Gadang “
II.                Pada bait 95 baris ke 4 yang seharusnya 8a menjadi 9a “ Mahirib dane enu daha “
III.             Pada bait 100 baris ke 3 yang seharusnya 6a menjadi 7a “ Tuara anak wikan “
IV.             Pada bait 109 baris ke 5 yang seharusnya 8i menjadi 9i “ Ulat banya tuara esti “
V.                Pada bait 120 baris ke 1 yang seharusnya 12a menjadi 13a “ Pangandikane pingit kola tuah tong nyak “
Dan masih banyak lge yang tidak bisa saya sebutkan semuanya.




BAB III
NILAI – NILAI YANG TERKANDUNG DI DALAM
GEGURITAN I BELOG

Geguritan I Belog adalah salah satu geguritan dari sekian banyak geguritan yang ada di Bali. Di dalam sebuah geguritan, pastilah terdapat nilai – nilai yang bisa dijadikan sebuah pedoman hidup. Nilai – nilai tersebut bisa berupa nilai agama atau realigi, nilai karma phala, nilai pendidikan, nilai moral dan juga terdapat beberapa nasehat yang di jabarkan dalam sebuah cerita namun bernada atau menggunakan tembang.
Setalah ditelusuri lebih lanjut, di dalam geguritan I Belog yang penulis bahas terdapat nilai – nilai sebagai berikut : nilai susila, agama, pendidikan, filsafat, budaya, dan nilai keindahan. Berikut jabaran dari nilai – nilai tersebut.

I.                   Nilai susila yang tidak baik terlihat pada isi geguritan :
Atut badan kolane bareng matunggalan,
Dayannyane mitung midik,
Bareng masakaya,
Prayannyane mangrusakang,
Jalema bas iri – ati,
Maling papal,
Tuara ngitungang sor singgih.
Pada kutipan geguritan tersebut, berarti si tokoh bersikap asusila yaitu iri hati, suka bertipu daya dan tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar
Yang sangat bertentangan dengan nilai susila atau kebaikan.

II.                Nilai agama yang terdapat pada geguritan tersebut terletak pa isi geguritan :
“ Yen pangrasan tiange mani pasemengan,
Nyandang jerone manakti,
Mangaturan canang,
Apang ,arak pedidian,
Yen majakan Dewa celih,
Tuara ngenah,
Yan ada bareng nututin.”
Pada kutipan geguritan tersebut, nampak bahwa kegiatan persembahyangan umat Hindhu yaitu manakti atau mebakti dengan membawa sarana canang. Disitu nampak bahwa nilai agamanya sangat tinggi.

III.             Nilai pendidikan pada geguritan tersebut, nampak pada isi geguritan sebagai berikut.
“ Dingeh kola ne inuni siga ngudiang,
Sada mangedeyang munyi,
Apa kal ibukang,
Tuara nawang iba tuwa,
Ape ne kal perebutin,
Matarayuban,
Buka pekene nyanjahin.”
Pada kutipan geguritan diatas, dapat dilihat nilai pendidikannya sangat kental yaitu, dengan memberi pengajaran bahwa tidak baik jika sudah tua kebanyakan omong sehingga menyebabkan keributan separti ribut suasana pasar.

IV.             Nilai filsafat pada geguritan tersebut, terdapat pada isi geguritan sebagai berikut.
Pangandikane pingit kola tuah tong nyak,
Ngorahang teken ing nani,
Apang tani gampang,
Jani nani tonden nawang,
Kangin kawuh sing je asing,
Ngardi rusak,
Teke inebang di ati.
Pada geguritan diatas, dapat dilihat nilai filsafatnya adalah dengan memberikan penerangan hidup menggunakan perumpamaan “ Tonden nawang kangin kawuh “ yang artinya belum tahu apa – apa di dunia ini sehingga lebih baik rendah hati.

V.                Nilai budaya pada geguritan tersebut, terdapat pada kutipan isi geguritan sebagai berikut.
Di wakule mahisi base tubungan,
Bareng len buwah cangurit,
Len raka woh – wohan,
Matekep bahan sahab ental,
Di tengah wanci matulis,
Ditu sareng,
Teken tiuk ane cerik.
Pada isi kutipan geguritan di atas, di terangkan bahwa budaya Bali beli melakukan persembahyangan dengan menggunakan sarana seperti, wakul berisikan base, buah – buahan , dan diatasnya diletakkan sahab yang terbuat dari ental. Hal seperti ini sudah dari dulu dilakukan di Bali, dan terkenal seperti inilah budaya Bali.

VI.             Nilai keindahan pada geguritan tersebut, terdapat pada kitipan isi geguritan sebagai berikut.
Meseh kamben tebel barak wawu kebah,
Gagerusannyane nyulig,
Nyalang mangeranyab,
Mahanteng ye kasa langah,
Matangkelung batik Bali,
Sabuk gadang,
Pusunge coblo miring.

Dari kutipan geguritan tersebut saja, sudah sangat jelas terlihat nikai keindahannya, seperti menggunakan kamben yang berwarna merah menyala, menggunakan hanteng kasa berwarna hijau dan menggunakan tangkelung bati Bali yang jika dibayangkan betapa indahnya semua itu.


BAB IV
PENUTUP

v Dari urain di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

I.                   Geguritan adalah karangan roman novel dalam bentuk puisi yang diikat oleh tembang pupuh ( sekar alit ). Sekar alit inin diantaranya meliputi : mijil, pucung, ginanti, ginada, maskumambang, sinom, pangkur, semarandana, durma, dandang gula, adri.
II.                Didalam sebuah Geguritan terdapat banyak nilai yang bisa dijadikan pedoman didalam kehidupan ini. Seperti halnya pada Geguritan I Belog,didalam Geguritan tersebut bnyak terdapat nilai maupun pesan – pesan yang dimuat dalam sebuah puisi berbentuk pupuh yang bisa dijadikan panduan.
III.             Pupuh Durma ini memiliki aturan dalam penulisan baitnya. Dalam satu bait itu atau yang biasa disebut apada itu terdiri dari 7 baris dengan aturan baris 1 sampai ke 7 yaitu, 12a, 8i, 6a, 8a, 8i, 5a, dan 7i. Pupuh Durma ini mengisahkan atau pupuh yang isinya tentang perasaan marah, kesal dan ada pesan – pesan atau nasehat yang terkandung di dalamnya.
IV.             Pada Geguritan I Belog terdapat nilai – nilai sebagai berikut : nilai susila, agama, pendidikan, filsafat, budaya, dan nilai keindahan.

v Saran – saran dari penulis sebagai berikut :
Dari uraian di atas, penulis dapat memberikan saran bahwa sebagai warga Bali sudah sepatutnya kita melestarikan mempelajari dan menjaga budaya bali seperti contohnya Geguritan. Jika ditelusuri, sebenarnya di dalam geguritan itu banyak sekali terdapat nilai – nilai yang bisa dijadika pedoman atau cerminan di zaman kaliyuga ini. Semoga dengan makalah ini banyak orang yang lebih menyadari sangat bermanfaatnya geguritan.
DAFTAR PUSTAKA
I Gst.Ngr.Gde. 1980. Geguritan I Belog, Geria Anyar. I. Kaba – Kaba Kediri, Tabanan.

Tim Study Fakultas Sastra Universitas Udayana. 1985 . Laporan Study Sejarah Bahasa Bali. Universitas Udayana, Denpasar.

readmore »»  

pengaruh dan peranan IPTEK

readmore »»  

Selamat Datang..

Hi..
Ini posting pertama saya..
di sini saya akan menshare tentang Bahasa Bali dan lainnya yang masih terkait.


Selamat bergabung di blog saya..
readmore »»