BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Bahasa
Bali Baru adalah bahasa yang hidup, digunakan oleh masyarakat Bali umumnya, dan
beberapa pendukungnya yang berada di luar Bali. Dalam kehidupannya ini Bahasa
Bali Baru tidak saja digunakan dalam salah satu aspek kehidupan, tetapi hampir
digunakan dalam berbagai aspek kehidupan.
Peran
yang dimainkan oleh Bahsa Bali Baru tidak saja dalam dalam bentuk lisan, tetapi
juga dalam bentuk tulisan, misalnya : puisi, geguritan, buku, dan lain – lain.
Namun
pada zaman globalisasi seperti sekarang ini Geguritan sudah hampir dilupakan
oleh masyarakat. Padahal di dalam Geguritan tersebut selain termasuk budaya
yang harus dilestarikan tetapi juga di dalam Geguritan tersebut sangat banyak
sekali terkandung nilai – nilai yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat di
zaman globalisasi ini.seperti pada Geguritan I Belog. Di dalam Geguritan
tersebut terdapat beberapa nilai yang bisa dijadikan pedoman atau acuan di
dalam kehidupan bermasyarakat ini.
Dengan demikian
berdasarkan alasan permasalahan diatas, maka dipandang perlu diangkat menjadi
sebuah topik suatu makalah dengan judul
”Nilai – Nilai Yang Terkandung Di Dalam Geguritan I Belog.”
1.2. Rumusa Masalah
Berdasarkan pada latar
belakang diatas maka rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apakah
pengertian dari Geguritan?
2. Apakah
unsur – unsur yang terkandung di dalam Geguritan I Belog?
3. Apakah
pupuh yang digunakan didalam Geguritan I Belog?
4. Nilai
– nilai apa sajakah yang terkandung didalam Geguritan I Belog?
1.3. Tujuan Masalah
Berdasarkan
permasalahan diatas, tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui pengertian dari geguritan
2. Untuk
mengetahui unsur – unsur yang terkandung di dalam Geguritan I Belog
3. Untuk
mengetahui pupuh yang digunakan di dalam Geguritan I Belog
4. Untuk
mengetahui nilai – nilai yang terkandung didalam Geguritan I Belog
1.4. Manfaat
Adapun beberapa manfaat
dari makalah ini adalah :
1. Dapat
mengetahui nilai – nilai yang terkandung di dalam Geguritan I Belog sehingga
penulis dapat merealisasikan nilai – nilai tersebut di dalam kehidupan
bermasyarakat.
2. Dapat
melestarikan kebudayaan Daerah Bali yang sekarang ini mulai ditinggalkan.
3. Dapat
mengetahui bahasa yang digunakan di dalam Geguritan I Belog.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Geguritan
Geguritan
adalah karangan roman novel dalam bentuk puisi yang diikat oleh tembang pupuh (
sekar alit ). Sekar alit inin diantaranya meliputi : mijil, pucung, ginanti,
ginada, maskumambang, sinom, pangkur, semarandana, durma, dandang gula, adri.
Mengenai naskah – naskah yang menggunakan itu diantaranya : Geguritan Jayaprana,
Geguritan Sampik, Geguritan Basur, Geguritan Magantaka, Geguritan I Belog, dan
banyak lagi yang lainnya.
Didalam
sebuah Geguritan terdapat banyak nilai yang bisa dijadikan pedoman didalam
kehidupan ini. Seperti halnya pada Geguritan I Belog,didalam Geguritan tersebut
bnyak terdapat nilai maupun pesan – pesan yang dimuat dalam sebuah puisi
berbentuk pupuh yang bisa dijadikan panduan.
2.2. Unsur
– unsur yang terkandung di dalam Geguritan I Belog
Di
dalam sebuah Geguritan terdapat beberapa unsur. Seperti siapa pengarang dari
geguritan tersebut, pupuh apa saja yang digunakan dalam geguritan tersebut, dan
bahasa yang digunakan dalam geguritan tersebut..
Tokoh
– tokoh yang berperan dalam geguritan ini adalah I Belog, Jro Rangda Nyoman,
Pan Mandel, dan Men Mandel. Karakter dari I Belog ialah penipu atau suka
berbohong, licik, curang dan suka bersumpah untuk meyakinkan pembicaraannya,
Jro Rangda Nyoman berkarakter mudah dibohongi, bodoh, polos, Pan Mandel jahat,
ikut mendukung perbuatan jelek anaknya, dan Men Mandel berkarakter sangat
peduli pada keluarga dan berusaha keras agar keluarganya dapat bertahan hidup.
Bahasa
yang digunakan di dalam geguritan ini adalah bahasa bali kepara. Bahasa bali
kepara ini biasa disebut juga dengan bahasa bali baru. Meskipun merupakan
bahasa bali baru, ada juga beberapa kata yang masih sulit dimengerti oleh orang
awam, seperti : kata babungengan, majinjin,kola kado dan lain sebagainya. Di
dalam geguritan ini juga menggunakan bahasa kasar karena pupuh ini menceritakan
tentang kemarahan seperti : kata pedemange, siga, mapata dan lain sebagainya.
Geguritan
I Belog tidak diketahui siapa pengarangnya. Di dalam buku yang penulis pakai
panduan hanya tertera “ Buku aksara bali druwe Geria Anyar,kaba – kaba, Kediri,
Tabanan. Katurunin antuk : I Gst. Ngr. Gde. Tanggal : 22 Februari 1980 “. Yang
berarti buku ini hanya salinan lontar yang disalin oleh I Gst Ngr Gede. Di
dalam geguritan ini, hanya terdapat satu buah pupuh saja, yaitu pupuh Durma
dengan 165 bait tembang. Pupuh Durma ini memiliki aturan dalam penulisan
baitnya. Dalam satu bait itu atau yang biasa disebut apada itu terdiri dari 7
baris dengan aturan baris 1 sampai ke 7 yaitu, 12a, 8i, 6a, 8a, 8i, 5a, dan 7i.
Pupuh Durma ini mengisahkan atau pupuh yang isinya tentang perasaan marah,
kesal dan ada pesan – pesan atau nasehat yang terkandung di dalamnya.
Pada
geguritan ini, terdapat beberapa tempang yang dipaksakan supaya bisa nyambung
atau terkait dengan jalan cerita, maskipun tidak sesuai dengan aturan yang ada,
seperti :
I.
Pada bait 94 baris ke 6 yang seharusnya
5a menjadi 4a “ Sabuk Gadang “
II.
Pada bait 95 baris ke 4 yang seharusnya
8a menjadi 9a “ Mahirib dane enu daha “
III.
Pada bait 100 baris ke 3 yang seharusnya
6a menjadi 7a “ Tuara anak wikan “
IV.
Pada bait 109 baris ke 5 yang seharusnya
8i menjadi 9i “ Ulat banya tuara esti “
V.
Pada bait 120 baris ke 1 yang seharusnya
12a menjadi 13a “ Pangandikane pingit kola tuah tong nyak “
Dan
masih banyak lge yang tidak bisa saya sebutkan semuanya.
BAB III
NILAI – NILAI YANG TERKANDUNG DI
DALAM
GEGURITAN I BELOG
Geguritan
I Belog adalah salah satu geguritan dari sekian banyak geguritan yang ada di
Bali. Di dalam sebuah geguritan, pastilah terdapat nilai – nilai yang bisa
dijadikan sebuah pedoman hidup. Nilai – nilai tersebut bisa berupa nilai agama
atau realigi, nilai karma phala, nilai pendidikan, nilai moral dan juga
terdapat beberapa nasehat yang di jabarkan dalam sebuah cerita namun bernada
atau menggunakan tembang.
Setalah
ditelusuri lebih lanjut, di dalam geguritan I Belog yang penulis bahas terdapat
nilai – nilai sebagai berikut : nilai susila, agama, pendidikan, filsafat, budaya,
dan nilai keindahan. Berikut jabaran dari nilai – nilai tersebut.
I.
Nilai susila yang tidak baik terlihat
pada isi geguritan :
Atut
badan kolane bareng matunggalan,
Dayannyane
mitung midik,
Bareng
masakaya,
Prayannyane
mangrusakang,
Jalema
bas iri – ati,
Maling
papal,
Tuara
ngitungang sor singgih.
Pada
kutipan geguritan tersebut, berarti si tokoh bersikap asusila yaitu iri hati,
suka bertipu daya dan tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar
Yang
sangat bertentangan dengan nilai susila atau kebaikan.
II.
Nilai agama yang terdapat pada geguritan
tersebut terletak pa isi geguritan :
“
Yen pangrasan tiange mani pasemengan,
Nyandang
jerone manakti,
Mangaturan
canang,
Apang
,arak pedidian,
Yen
majakan Dewa celih,
Tuara
ngenah,
Yan
ada bareng nututin.”
Pada
kutipan geguritan tersebut, nampak bahwa kegiatan persembahyangan umat Hindhu
yaitu manakti atau mebakti dengan membawa sarana canang. Disitu nampak bahwa
nilai agamanya sangat tinggi.
III.
Nilai pendidikan pada geguritan
tersebut, nampak pada isi geguritan sebagai berikut.
“
Dingeh kola ne inuni siga ngudiang,
Sada
mangedeyang munyi,
Apa
kal ibukang,
Tuara
nawang iba tuwa,
Ape
ne kal perebutin,
Matarayuban,
Buka
pekene nyanjahin.”
Pada
kutipan geguritan diatas, dapat dilihat nilai pendidikannya sangat kental
yaitu, dengan memberi pengajaran bahwa tidak baik jika sudah tua kebanyakan
omong sehingga menyebabkan keributan separti ribut suasana pasar.
IV.
Nilai filsafat pada geguritan tersebut,
terdapat pada isi geguritan sebagai berikut.
Pangandikane
pingit kola tuah tong nyak,
Ngorahang
teken ing nani,
Apang
tani gampang,
Jani
nani tonden nawang,
Kangin
kawuh sing je asing,
Ngardi
rusak,
Teke
inebang di ati.
Pada
geguritan diatas, dapat dilihat nilai filsafatnya adalah dengan memberikan
penerangan hidup menggunakan perumpamaan “ Tonden nawang kangin kawuh “ yang
artinya belum tahu apa – apa di dunia ini sehingga lebih baik rendah hati.
V.
Nilai budaya pada geguritan tersebut,
terdapat pada kutipan isi geguritan sebagai berikut.
Di
wakule mahisi base tubungan,
Bareng
len buwah cangurit,
Len
raka woh – wohan,
Matekep
bahan sahab ental,
Di
tengah wanci matulis,
Ditu
sareng,
Teken
tiuk ane cerik.
Pada
isi kutipan geguritan di atas, di terangkan bahwa budaya Bali beli melakukan
persembahyangan dengan menggunakan sarana seperti, wakul berisikan base, buah –
buahan , dan diatasnya diletakkan sahab yang terbuat dari ental. Hal seperti
ini sudah dari dulu dilakukan di Bali, dan terkenal seperti inilah budaya Bali.
VI.
Nilai keindahan pada geguritan tersebut,
terdapat pada kitipan isi geguritan sebagai berikut.
Meseh
kamben tebel barak wawu kebah,
Gagerusannyane
nyulig,
Nyalang
mangeranyab,
Mahanteng
ye kasa langah,
Matangkelung
batik Bali,
Sabuk
gadang,
Pusunge
coblo miring.
Dari
kutipan geguritan tersebut saja, sudah sangat jelas terlihat nikai
keindahannya, seperti menggunakan kamben yang berwarna merah menyala,
menggunakan hanteng kasa berwarna hijau dan menggunakan tangkelung bati Bali
yang jika dibayangkan betapa indahnya semua itu.
BAB IV
PENUTUP
v Dari
urain di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
I.
Geguritan adalah karangan roman novel
dalam bentuk puisi yang diikat oleh tembang pupuh ( sekar alit ). Sekar alit inin
diantaranya meliputi : mijil, pucung, ginanti, ginada, maskumambang, sinom,
pangkur, semarandana, durma, dandang gula, adri.
II.
Didalam sebuah Geguritan terdapat banyak
nilai yang bisa dijadikan pedoman didalam kehidupan ini. Seperti halnya pada
Geguritan I Belog,didalam Geguritan tersebut bnyak terdapat nilai maupun pesan
– pesan yang dimuat dalam sebuah puisi berbentuk pupuh yang bisa dijadikan
panduan.
III.
Pupuh Durma ini memiliki aturan dalam
penulisan baitnya. Dalam satu bait itu atau yang biasa disebut apada itu
terdiri dari 7 baris dengan aturan baris 1 sampai ke 7 yaitu, 12a, 8i, 6a, 8a,
8i, 5a, dan 7i. Pupuh Durma ini mengisahkan atau pupuh yang isinya tentang
perasaan marah, kesal dan ada pesan – pesan atau nasehat yang terkandung di
dalamnya.
IV.
Pada Geguritan I Belog terdapat nilai –
nilai sebagai berikut : nilai susila, agama, pendidikan, filsafat, budaya, dan
nilai keindahan.
v
Saran – saran dari penulis sebagai
berikut :
Dari
uraian di atas, penulis dapat memberikan saran bahwa sebagai warga Bali sudah
sepatutnya kita melestarikan mempelajari dan menjaga budaya bali seperti
contohnya Geguritan. Jika ditelusuri, sebenarnya di dalam geguritan itu banyak
sekali terdapat nilai – nilai yang bisa dijadika pedoman atau cerminan di zaman
kaliyuga ini. Semoga dengan makalah ini banyak orang yang lebih menyadari
sangat bermanfaatnya geguritan.
DAFTAR
PUSTAKA
I Gst.Ngr.Gde. 1980. Geguritan I Belog, Geria Anyar. I. Kaba – Kaba Kediri, Tabanan.
Tim Study Fakultas Sastra Universitas
Udayana. 1985 . Laporan Study Sejarah
Bahasa Bali. Universitas Udayana, Denpasar.